Talang Air Guci adalah suatu daerah terpencil di pedalaman Sumatera Selatan tempat dimana Ibu Trisa Melati mengabdi sebagai pengejar muda dari indonesia mengajar. Ia mengajar di SDN Sugihan Talang Air Guci, Kec. Rambang, Kab.Muara Enim, Sumatera Selatan dengan masa tugas satu tahun dari juni 2012-2013.
Ibu Trisa Melati adalah wanita kelahiran Bandung, anak bungsu dari 2 bersaudara perempuan kelahiran 30 Desember 1987 ini merupakan lulusan sarjana kriya fakultas seni rupa dan desain di Institut Teknologi Bandung dan lulusan pasca sarjana bidang sejarah seni di Universitas Leiden Belanda. Setelah menyelesaikan studi pasca sarjana ia menjadi pengajar muda di Muara Enim.
Perjalanan yang ditempuh untuk sampai di Air Guci cukup panjang dari jalan berlumpur hingga menempuh belantara karet dengan jarak 9km dari jalanan beraspal. Sulitnya transportasi dikarenakan medan yang cukup berat menjadi kendala akses, Air Guci pun menjadi daerah terpencil dan kekurangan guru. Tetapi untuk seorang Trisa melati, Air Guci merupakan tempat keluarga kedua untuknya. Di air guci ia mengajarkan bahasa asing kepada murid-muridnya termasuk menyanyi lagu berbahasa belanda, anak-anak berantusias dengan berbagai hal yang ia ceritakan. Ketertarikan mereka membuatnya senang.
Kebanyakan warga air guci berasal dari suku rambang, salah satu rukun etis melayu di sumatera, hampir semua warga air guci memeluk islam semua hidup dengan harmoni perasaan penuh perdamaian. Kebiasaan warga air guci adalah menjaring ikan, salah satunya doni murid disekolahnya menjaring ikan untuk lauk pauk di rumahnya.
Doni iskandar adalah siswa di air guci yang cukup menonjol disekolahnya. ia siswa yang tekun dan mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi. membuat trisa cukup tertarik kepadanya. Doni anak piatu yang tinggal dengan paman dan bibinya sementara ayahnya merantau keluar daerah. Sehari-hari paman doni bekerja sebagai penyadap karet, menjadikan doni anak yang mandiri menyiapkan segala sesuatu sebelum berangkat ke sekolah.
Persoalan pendidikan di air guci tidak hanya dibangku belajar semata, anak didik dan guru sama-sama mempunyai permasalahan. Pak def merupakan salah satu pemuda air guci yang mengenyam bangku kuliah di Universitas Terbuka dan menjadi salah satu guru di air guci. Minimnya fasilitas di air guci bukanlah pertanda untuk meyerah baginya, banyak cara yang dilakukannya agar siswa cepat memahami pelajaran. Ia membuat alat peraga pada pembelajaran bagian pencernaan dengan memberikan nama yang mudah diingat untuk mereka.
Di sekolah para guru akan mengadakan lomba baca puisi di halaman belakang sekolah. Saat anak-anak berlatih mereka memperlihatkan kepolosannya yang menghadirkan berbagai macam ekspresi. Penampilan mereka sangat lah beragam dengan gerak tubuh dan ekspresi yang berbeda-beda. Selain lomba baca puisi, sekolah air guci mempunyai kegiatan ekstrakulikuler pramuka untuk mengajarkan mereka dengan suasana alam. Para guru memberikan tantangan dan pengetahuan tentang alam kepada murid-muridnya, itu mempermudah pemahaman anak-anak.
Sekolah tempat ibu trisa mengajar memiliki sartu bangunan kecil yang dibagi tiga ruangan, satu ruangan dipakai untuk dua kelas dan papan tulis yang di bagi dua pada setiap ruangan menjadikan belajar kurang kondusif karena fokus mereka terbagi.
Pak Hasnel Latif merupakan seorang guru pertama dari kelas jauh yang didirikan tahun 1995. Ia adalah seseorang yang pertama kali mengajarkan bagaimana aksara di eja dan kata di baca oleh anak-anak air guci. Ia juga sudah dianggap sebagai seorang pemuka agama oleh masyarakat setempat, setiap menjelang magrib ia mengajarkan mengaji untuk anak-anak.
Dari Air Guci kita dapat melihat bahwa di sudut-sudut indonesia ternyata masih ada saudara-saudara kita yang masih sangat membutuhkan perhatian dalam bentuk pendidikan, infrastruktur dll..
Semoga Ibu Trisa dan kawan-kawan bisa menjadi inspirasi bagi kita untuk lebih memperhatikan sekeliling kita.. karena satu kebaikan bisa jadi sejuta manfaat bagi mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar